Self-Coaching dengan NLP

Darmawan Aji
4 min readOct 23, 2020

Salah satu aplikasi Neuro-Linguistic Programming dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk melakukan Self-Coaching alias meng-coaching diri sendiri. Berikut ini akan saya bagikan bagaimana melakukan Self-Coaching menggunakan pendekatan NLP.

Langkah #1: Develop an Outcome

Langkah pertama adalah menetapkan outcome — hasil akhir yang diinginkan. Apa hasil akhir yang diinginkan dari sesi Self-Coaching yang Anda lakukan? Berikut beberapa contoh outcome sebagai inspirasi Anda:

  • Bagaimana meningkatkan omset bisnis 2x lipat.
  • Meredakan rasa kecewa karena proposal ditolak.
  • Lebih bersemangat dalam berolahraga.
  • Mengambil keputusan tawaran pekerjaan mana yang akan diambil.

Perhatikan, outcome dalam sebuah sesi Self-Coaching berbeda-beda. Secara mudah, kita dapat kategorikan outcome kita ke dalam empat kategori:

  • Mengubah hasil.
  • Mengubah perilaku.
  • Mengubah perasaan.
  • Mengambil keputusan.

Apapun outcome yang kita ambil, pastikan outcome kita memenuhi kriteria:

  • Dinyatakan dalam kalimat positif, bukan negasi.
  • Kongkrit, bisa dilihat, didengar dan dirasa.
  • Penting, ada alasan kuat mengapa kita menginginkannya.
  • Spesifik konteksnya, kapan dan dimana kita menginginkannya.
  • Ekologis, tidak bertentangan dengan nilai yang kita anggap baik dan benar.

Untuk membantu kita, kita dapat ajukan pertanyaan berikut ini:

  1. Apa yang saya inginkan dari sesi Self-Coaching ini?
  2. Dari mana saya tahu bahwa sesi Self-Coaching ini sudah berhasil? Apa buktinya? Apa yang saya lihat? Apa yang saya dengar? Apa yang saya rasa?
  3. Mengapa tujuan ini penting bagi saya?
  4. Kapan dan dimana saya menginginkannya?
  5. Apakah tujuan ini selaras dengan nilai-nilai yang saya anggap baik dan benar? Apakah tujuan ini selaras dengan diri saya? Apakah tujuan ini selaras dengan konteks kehidupan saya lainnya?

Langkah #2: Elicit Resources

Setelah kita menentukan hasil akhir, langkah berikutnya adalah menggali sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai outcome tersebut. Terkait sumber daya ini, ada satu keyakinan yang perlu kita adaptasi yaitu:

Everyone already has all the needed resources available to achieve the desired results

Setiap orang telah memiliki seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang ia inginkan. Ya, saya meyakini hal ini, bahwa sebenarnya kita sudah memiliki seluruh sumber daya yang kita butuhkan. Hanya saja, kadang kala kita tidak menyadarinya. Maka, kita perlu sebuah alat bantu untuk mengeluarkan sumber daya yang ada di dalam diri kita. Dan alat bantu tersebut adalah pertanyaan. Ya, kita dapat mengeluarkan sumber daya yang kita miliki dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang pertanyaan, melainkan pertanyaan yang insightful (memicu hikmah). Bagaimana cara kita mengajukan pertanyaan yang insightful? Beberapa kaidah berikut ini mudah-mudahan membantu.

  1. Gunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membuka pemikiran. Pertanyaan yang mendorong kita berpikir lebih dalam dan lebih luas. Bukan pertanyaan yang bertujuan hanya untuk mengingat atau memilih jawaban. Pertanyaan terbuka meluaskan pilihan, menciptakan banyak opsi dalam benak kita.
  2. Gunakan pertanyaan yang berorientasi pada solusi, bukan pada masalah. Saat kita berfokus pada masalah, maka ia akan membesar dan menguat. Sebaliknya, saat kita fokus pada solusi kita akan memiliki peluang untuk menyelesaikan masalah kita lebih cepat. Tidak mudah memang, namun kita perlu mendisiplinkan pikiran kita untuk fokus ke sana.
  3. Gunakan pertanyaan yang berfokus pada potensi kekuatan, bukan kelemahan. Setiap orang punya potensi kekuatan dan kelemahan, pertanyaannya, kemana fokus kita terarah? Apakah ke potensi kekuatan yang kita miliki atau ke kelemahan kita? Saat kita fokus pada kelemahan, maka kita akan merasa lemah dan tidak berdaya, sebaliknya saat kita fokus pada kekuatan, kita akan merasa kuat dan berdaya. Tidak mudah memang, namun kita perlu mendisiplinkan pikiran kita untuk fokus pada kekuatan kita alih-alih pada kelemahan yang kita miliki.

Selain memperhatikan tiga kaidah di atas, kita juga dapat menggali sumber daya dengan memanfaatkan tiga sumber berikut ini.

  1. Masa lalu. Apakah kita pernah mengalami situasi yang sama di masa lalu dan kita berhasil melewatinya? Apa yang kita pikirkan, rasakan dan lakukan di masa itu?
  2. Masa depan. Bayangkan kita sudah berhasil mencapai tujuan kita. Kira-kira, apa yang kita pikirkan, rasakan dan lakukan sehingga kita berhasil mencapainya?
  3. Orang lain. Pikirkan orang lain yang sudah berhasil mencapai tujuan yang mirip dengan kita. Apa yang mereka pikirkan, rasakan dan lakukan secara berbeda sehingga mereka berhasil mencapainya?

Dari proses ini, kita akan menemukan sumber daya yang mungkin berupa:

  • Ide baru.
  • Pemaknaan baru.
  • Keyakinan baru.
  • Niat baru.
  • Keputusan baru.

Langkah #3: Apply the Resources

Setelah kita menemukan sumber daya untuk mewujudkan outcome kita, maka kini saatnya menerapkan sumber daya tersebut. Apapun bentuk sumber dayanya, entah itu berupa ide, pemaknaan, keyakinan, niat, atau keputusan baru, coba terapkan dalam diri Anda. Setidaknya, simulasikan dalam benak Anda. Seperti apa rasanya saat Anda menerapkan ide, pemaknaan, keyakinan, niat atau keputusan baru itu?

Anda dapat melakukan proses penerapan ini dengan:

  • Visualisasi: membayangkan berulang-ulang ide, pemaknaan, keyakinan, niat, atau keputusan baru Anda.
  • Afirmasi: menyatakan berulang-ulang pernyataan ide, pemaknaan, keyakinan, niat, atau keputusan baru Anda.
  • Internalisasi: merasakan ke dalam diri ide, pemaknaan, keyakinan, niat, atau keputusan baru Anda.

Dalam proses penerapan ini, periksa, apakah ide, pemaknaan, keyakinan, niat, atau keputusan baru ini akan mengantarkan diri Anda pada outcome yang sudah Anda tetapkan? Ajukan pertanyaan:

  • Apakah ide, pemaknaan, keyakinan, niat, atau keputusan baru ini akan mendekatkan diri Anda ke hasil akhir yang Anda inginkan?
  • Apakah ide, pemaknaan, keyakinan, niat, atau keputusan baru ini akan mendorong Anda melakukan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Anda?
  • Apakah ide, pemaknaan, keyakinan, niat, atau keputusan baru ini menciptakan perasaan yang memicu Anda untuk mendorong perilaku yang Anda inginkan?

Jika belum, ulangi kembali langkah #2, kita perlu fleksibel di sini. Lakukan langkah 1–3 berulang-ulang sampai Anda berhasil mencapai outcome yang Anda inginkan.

Ingat, tujuan dari Self-Coaching adalah mengubah hasil. Hasil hanya akan berubah bila tindakan kita berubah. Tindakan akan berubah bila perasaan kita berubah. Perasaan berubah hanya bila pikiran kita berubah.

“Sow a thought and you reap an action; sow an act and you reap a habit; sow a habit and you reap a character; sow a character and you reap a destiny.”

Ralph Waldo Emerson

--

--

Darmawan Aji
Darmawan Aji

Written by Darmawan Aji

Productivity Coach. Penulis 7 buku pengembangan diri. IG @ajipedia Profil lengkap: darmawanaji.com

No responses yet