Membedah Buku Essentialism karya Greg McKeown
Apa yang menghambat orang hebat untuk naik ke level berikutnya? Pertanyaan ini menarik. Karena banyak orang hebat yang gagal menembus level berikutnya dan stuck di level mereka saat ini. Jawabannya sedikit kontra intuitif. Penyebab mereka gagal adalah kesuksesannya. Ya, kesuksesan dapat menghambat orang hebat untuk naik ke level berikutnya. Begini penjelasannya.
Saat seseorang berjuang meraih kesuksesan mereka akan fokus pada hal-hal yang penting saja. Mereka memfokuskan waktu, energi dan atensinya pada satu hal terpenting. Dan karenanya mereka menjadi sukses. Sayangnya, kesuksesan memiliki implikasi. Implikasinya adalah terbukanya pilihan dan peluang baru. Sebagian besar dari kita akan tergoda dan berusaha untuk mengambil semua pilihan dan peluang yang datang. Akibatnya apa? Kita terdistraksi dari hal yang penting. Penggunaan waktu, energi dan atensi kita jadi menyebar. Kita pun akhirnya gagal mencapai apa yang kita inginkan. Perhatikan, sukses mengantarkan pada kegagalan.
Sehingga kita bisa simpulkan, kunci kegagalan adalah berusaha meraih banyak hal. Berusaha mencapai dan mengerjakan banyak hal. Karena sebagian besar hal yang datang kepada kita bukanlah hal-hal yang penting. Jika kita ingin memiliki keberhasilan yang berkesinambungan, kita perlu mengabaikan sebagian besar hal yang datang kepada kita dan fokus pada satu hal terpenting yang sudah kita pilih. Inilah jalan seorang esensialis. Jalan yang berbeda dengan para non esensialis.
Non esensialis adalah orang yang ingin meraih dan melakukan banyak hal. Sayangnya, dalam hidup mereka hanya meraih sedikit hal. Para esensialis sebaliknya. Mereka hanya melakukan sedikit hal. Mereka memfokuskan energi dan atensinya pada hal yang sedikit ini sehingga hal yang sedikit ini menjadi besar. Mereka akhirnya berhasil meraih hal-hal besar dalam hidupnya.
Para esensialis ini tak banyak. Sebagian besar orang memilih menjadi non esensialis. Meskipun mereka akan menyalahkan keadaan atas keadaanya. Mereka akan berkata “saya terpaksa seperti ini” atau “saya harus melakukan hal seperti ini.” Para non esensialis menganggap mereka tidak punya kendali atas pilihan mereka. Sementara esensialis tidak. Mereka sadar bahwa mereka memiliki kendali atas pilihan mereka. Mereka memilih menjadi esensialis. Fokus pada hal-hal penting yang sedikit dan mengabaikan sebagian besar hal-hal lainnya.
Para non esensialis menganggap semuanya sama pentingnya. Mereka mengatakan YA pada setiap peluang yang datang. Sementara para esensialis hanya berkata YA pada peluang yang benar-benar mewakili visi hidupnya. Ia akan mengatakan TIDAK pada 90% peluang yang datang kepadanya. Para esensialis percaya bahwa sebagian besar hal itu trivial — tidak benar-benar penting dan bermakna. Mereka memilih untuk fokus pada hal-hal yang penting dan bermakna.
Para non esensialis berpikir bahwa mereka bisa melakukan semuanya. Esensialis tidak. Setiap kali ada peluang atau project baru, esensialis akan berpikir: “apa yang perlu aku hilangkan agar aku bisa mengerjakan hal ini?” “apa yang perlu aku buang agar peluang ini memiliki ruang?” Seorang esensialis tidak berpikir bahwa mereka bisa mendapatkan semuanya. Mereka percaya dengan trade off. Selalu ada yang dipertukarkan bila kita memasukkan hal baru dalam hidup kita.
Sebagian besar orang di dunia adalah non esensialis. Ini terjadi karena tiga hal:
Pertama, terlalu banyak pilihan. Kita mengalami information overload yang menyebabkan terlalu banyak pilihan yang kita miliki saat ini. Kita pun tergoda untuk mengambil semuanya.
Kedua, terlalu banyak tekanan sosial. Disebabkan oleh opinion overload. Kita melakukan sesuatu bukan karena sesuatu itu benar-benar penting dan bermakna. Kita melakukan sesuatu karena kita khawatir dengan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita. Kita melakukan sesuatu karena nggak enak dengan permintaan orang lain. Kita melakukan sesuatu karena orang lain juga melakukannya.
Ketiga, ide bahwa kita bisa mendapatkan semuanya. Ide yang digaungkan para motivator dan buku-buku motivasi bahwa kita bisa meraih apapun yang kita mau. Ide ini membuat kita memiliki banyak keinginan. Kita ingin mendapatkan semuanya. Kita ingin menjalankan semuanya. Padahal waktu, energi dan atensi kita terbatas. Yes, indeed we can achieve anything, but not everything.
Menjadi seorang esensialis memerlukan disiplin. Greg McKeown merekomendasikan tiga disiplin.
Pertama, eksplorasi. Disiplin membedakan hal-hal sepele yang banyak dari hal-hal esensial yang sedikit
Kedua, eliminasi. Disiplin menyingkirkan hal-hal yang tidak penting yang mendistraksi kita dari hal-hal yang penting.
Ketiga, eksekusi. Disiplin menghilangkan friksi agar eksekusi berjalan mulus tanpa hambatan.
Detailnya, silakan simak penjelasan di video berikut.
Apa pendapat teman-teman tentang buku ini? Share di kolom komentar ya.