[Belajar NLP Online] Mengelola State of Mind
Kemampuan mengelola state of mind adalah salah satu kunci para peak performer. Para pebisnis, pembicara, pemimpin, atlit, artis, dan para peak performer lainnya secara disadari maupun tidak memiliki kemampuan untuk mengelola state dengan baik. Sehingga dia bisa mengatur mood-nya saat mau tampil di hadapan orang lain maupun saat menghadapi tantangan pelik. Mereka yang memiliki kemampuan mengelola state mampu melakukan tindakan yang diperlukan meski mereka sedang tidak mood untuk melakukannya. Mereka mampu ‘menaklukan’ rasa malas, dan perasaan-perasaan negatif lain yang berpotensi menghambat performanya saat itu. Mampu mengelola state berarti mampu mengelola perilaku. Mampu mengelola perilaku berarti mampu secara aktif memengaruhi hasil-hasil yang kita ciptakan.
Nah, kemampuan mengelola state inilah salah satu kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai setelah kita memelajari NLP. Bukankah menarik saat kita mampu mengelola state kita sehingga kita mampu melakukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan hasil yang kita inginkan?
Memahami state of mind
- Bila kita ingin mengubah hasil yang kita ciptakan, maka kita perlu mengubah perilaku kita. Untuk mengubah perilaku, kita perlu mengubah state of mind yang memicunya.
- State of mind atau kadang hanya disebut dengan state, adalah kondisi pikiran, perasaan, serta fisik tertentu. Dalam bahasa Inggris, mind tidak hanya mencakup pikiran, namun juga perasaan. Untuk kepentingan ringkas, state sering kali disebut sebagai apa yang kita rasakan secara mental-emosional.
- State seseorang berubah-ubah setiap waktu bergantung pengalaman yang dialami seseorang.
- State adalah sebuah respon atas sebuah stimulus tertentu.
- Stimulus tersebut bisa berasal dari luar (eksternal) maupun dari dalam diri (internal).
- Stimulus eksternal adalah apa yang kita lihat, dengar, atau alami. Sebuah kejadian, sikap atau ucapan orang lain, berita yang kita dengar, semua dapat memicu state kita.
- Stimulus internal adalah apa yang kita lihat, dengar, atau alami di dalam benak kita. Ingatan akan kejadian masa lalu, khayalan tentang masa depan, atau pikiran kita tentang seseorang dapat memicu state kita. Stimulus internal sebenarnya ‘respon’ atas stimulus eksternal. Artinya, bila kita mampu mengelola respon internal ini, maka kita pun bisa mengelola state kita.
Menyadari state of mind (state awareness)
Ada dua komponen utama state:
- Kondisi pikiran: gambar, suara, sensasi rasa yang ada dalam benak kita. Baik konten maupun strukturnya.
- Kondisi fisiologis: postur, gestur, gerakan mata, dan pola nafas kita.
Seperti halnya kebiasaan, state yang kita rasakan seringnya muncul secara otomatis, tanpa kita sadari. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar orang, state seakan-akan ada di luar kendali mereka. Padahal, dengan latihan, manusia dapat memilih state yang ingin dirasakannya. Manusia punya kapasitas untuk melakukan hal tersebut. Untuk itulah, kita perlu belajar menyadari state yang kita rasakan.
Pertanyaan yang bisa digunakan:
- Apa state yang aku rasakan saat ini?
- Perilaku apa yang muncul sebagai efeknya?
- Apa pemicunya?
- Gambar, suara, dan sensasi apa yang muncul dalam diriku?
- Seperti apa kemunculannya (submodalitas)?
- Seperti apa kondisi fisiologisku saat merasakan state ini?
- Apakah state ini mendukungku di situasi semacam ini?
Mengelola state of mind (State Management)
State management mengacu pada kemampuan untuk memilih dan mengakses state yang paling tepat atas sebuah situasi tertentu.
Pertanyaan yang bisa digunakan:
- Apa state yang aku rasakan saat ini?
- Apakah state ini mendukungku di situasi semacam ini?
- Apa state yang tepat untuk situasi seperti saat ini?
Beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengelola state:
- Mengubah fisiologi.
- Menggunakan asosiasi/disosiasi.
- Menggunakan submodalitas.
- Menggunakan anchoring.
Insyaallah kita akan membahasnya di tulisan-tulisan berikutnya.