[Belajar NLP Online] Membangun Konsep Diri & Identitas
Perilaku kita ibarat puncak gunung es, ia merupakan manifestasi dari identitas atau konsep diri kita. Apa yang kita lakukan selalu selaras dengan konsep diri kita. Bila kita mencoba berperilaku yang bertentangan dengan konsep diri, maka dalam beberapa waktu kita akan kembali ke perilaku semula yang selaras dengan konsep diri kita. Inilah sebabnya, bila kita ingin mengubah sebuah perilaku, kita perlu mengubah konsep diri kita.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan konsep diri? Konsep diri atau identitas adalah bagaimana kita mendefinisikan diri kita. Lanjutan dari kalimat: “Saya ini orangnya …” “Saya ini orang yang…”
Contoh:
- “Saya ini orangnya kreatif.”
- “Saya orang yang tidak disiplin.”
- “Saya seorang achiever.”
- “Saya orang yang sensitif.”
Jadi, konsep diri mendefinisikan kualitas apa yang melekat pada diri kita. Tentu saja, kualitas yang kita tidak lekatkan ada yang positif ada pula yang “negatif.”
Konsep diri sangat mengakar di dalam diri kita, sehingga mengendalikan apa yang kita mampu, apa yang kita yakini benar, dan apa yang kita anggap penting. Meski demikian, ia hanyalah sebuah konsep atau konstruksi berpikir, karenanya kita bisa mengubahnya.
Menurut Steve Andreas (NLP Comprehensive), proses terbentuknya konsep diri sebagai berikut:
- Awalnya adalah experiences (pengalaman): kita melihat role model, mendengar nasihat atau komentar orang, atau mengalami sebuah kejadian.
- Saat ini terjadi, pikiran kita menghubungkan satu pengalaman dengan pengalaman lain, menciptakan pemaknaan, dan membuat kategorisasi. Hasilnya kita kemudian melabeli diri kita dengan label-label tertentu, entah label yang positif seperti: cerdas, disiplin, kreatif, atau label yang negatif seperti: bodoh, ceroboh, gampang dimanipulasi. Label-label ini diistilahkan dengan qualities atau values (kualitas atau nilai).
- Keseluruhan kualitas yang kita sematkan secara sadar maupun tidak sadar pada diri kita inilah yang membentuk self-concept atau identity (konsep diri atau identitas).
- Di level yang lebih tinggi ada self-esteem, evaluasi kita terhadap konsep diri yang kita miliki. Apakah kita menyukainya atau tidak, apakah kita nyaman dengannya atau tidak.
Contoh:
- Anda mengalami kejadian dimana orang-orang tidak suka dengan sikap dingin Anda. Orang-orang pun berkomentar bahwa Anda ini orangnya jutek. Awalnya Anda cuek saja dengan penilaian orang ini. Namun, ternyata banyak orang yang menganggap Anda jutek. Anda pun mulai bertanya pada diri “benarkah saya jutek?”
- Akhirnya Anda mengiyakan apa kata orang ini. Anda percaya sepenuhnya bahwa Anda orang yang jutek. Anda menyematkan kualitas jutek pada diri Anda.
- Kemudian Anda pun menganggap bahwa Anda memang jutek dari lahir.
- Pertanyaannya, apakah Anda nyaman dengan konsep diri ini atau tidak?
Lalu, bagaimana cara mengubah konsep diri yang sudah melekat?
- Tetapkan Anda ingin menjadi orang yang seperti apa (identity/self-concept). Misal:
- Orang seperti apakah yang berhasil menyelesaikan sebuah buku? Misal: saya seorang learner.
- Orang seperti apakah yang mudah mempelajari apapun?
- Orang seperti apakah yang rajin berolahraga?
2. Sematkan identitas, tipe orang, sifat, kualitas atau prinsip yang Anda ingin yakini (qualities).
- Bayangkan Anda menjadi orang yang seperti itu.
- Rasakan Anda menjadi orang yang seperti itu.
- Bertindak dan berucap seakan-akan Anda orang yang seperti itu.
3. Buktikan dengan kemenangan-kemenangan kecil (experiences).
- Setiap tindakan adalah sugesti.
- Setiap kali menemukan diri Anda mendapatkan kemenangan kecil. Tanyakan ke diri sendiri “Jangan-jangan sebenarnya saya memang orang yang seperti ini?”